Air Terjun Nyarai STUPADA TRACKING

Air Terjun Nyarai

ADVENTURE "STUPADA TRACKING"



Ini kelompok kami "STUPADA"

 Dan disusul oleh 2 orang lagi "STUPADA"
 
(27/04/2014) Saya dan teman-teman lokal (STUPADA) X IPA 2 di SMAN 1 Lubuk Alung tertarik untuk ke salah satu tempat wisata di gamaran, yaitu: Air Terjun Nyarai.

Sampai disana kita parkir motor, motornya terjamin aman kok. Selanjutnya, kita ke posko tempat registrasi, disana kita membayar uang masuk (biaya Guide), kata orang sih:
* anak Pramuka          : Rp. 10.000
* anak Sekolah           : Rp. 15.000
* yang pada umumnya : Rp. 20.000

Air Terjun Nyarai ini sudah ada waktu nenek moyang kita dahulu, dan sudah di ketahui penduduk sekitar sejak lama tetapi mulai booming kira-kira sejak tahun 2013.
Untuk pergi ke Air Terjun ini memerlukan banyak tenaga dan fisik yang kuat. Sebaiknya sebelum tracking kita pemansan dulu, dan membawa bekal dari rumah.


Setelah registrasi, kita akan di beri pengarahan oleh Guide besarnya disana dan dilarang untuk :

* Membuang sampah sembarang
* Jangan coret-coret sembarangan
* Jika ada letih 1 orang dalam kelompok kita, semuanya berhenti
* Jangan mengambil sembarangan barang yang ada di hutan (apa yang dibawa dari rumah, itu juga dibawa pulang)

Kita di berangkatkan per-kelompok, jika kita tidak ada kelompok atau dua orang kita akan di masukkan ke kelompok lain, setau saya biasanya yang tracking disini kebanyakan bawa kelompok.


Perjalanan dimulai, kayaknya cuaca baik

Perjalanan dimulai, pemandangan masih terang, jalan masih tetap mulus dan kering. Sebelum tracking kami lupa untuk melakukan pemanasan tapi, perjalanan tetap lanjut keburu hari sore, dan hanya dua orang membawa bekal (jangan ditiru). Kayaknya ini perjalanan yang mengasikkan, di perjalanan kami masih tetap semangat dan ceria sambil nyanyi-nyanyi, kata Guidenya "kalau kita semangat Guidenya juga ikutan semangat".

Ketika kami kesini, cuaca kelihatannya bersahabat, walaupun di perkirakan bulan ini musim penghujan. Di perjalanan salah seorang dari anggota kami ada yang terpeleset. Dan untunglah kita tracking menggunakan celana trening (olahraga). Di perjalanan kita melihat orang memakai celana jeans (heran), ke hutan ngapain pakai jeans, malahan itu akan membuat langkah atau gerak kita menjadi terhambat. Apalagi jalan di dalam hutan, jalannya sempit dan licin.

Selain itu, kami juga melewati sungai yang kira-kira airnya setinggi lutut. Kami pun merasa haus, air yang kita persiapkam dari rumah sudah habis di perjalanan, tanpa berpikir panjang kami menemukan tempat sumber mata air, minuman siap saji. Setelah beristirahat sejenak kami melanjutkan perjalanan, tidak terlalu jauh kami melewati makam salah seorang aktifis PRRI 1958, makamnya lumayan panjang dan hanya ada satu. Kira-kira 100 meter dari pemakaman, kami akan sampai di puncaknya, yaitu: Air Terjun Nyarai.
Akhirnya kami pun sampai, benar-benar melelahkan. Untuk mencapai tempat Air Terjun Nyarai kita harus melewati jembatan yang terbuat dari pohon kayu besar, jembatan itu terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. 

Ya, pertama datang kita foto bareng dulu sayang sekali kalau ngak ada foto. Sehabis foto, oke lanjut berenang (bagi yang bisa), enak ya bagi yang bisa berenang, yang ngak bisa berenang di tempat satunya lagi, airnya tidak terlalu dalam.

Langit mendung, gerimis dan perlahan-lahan hujan makin lebat. Kami bergegas untuk naik ke atas, karna kalau hujan sungai tempat penyebrangan akan membesar. Akhirnya penyebrangan sungai panjang itu udah kami lewati, kami udah merasa sedikit lega. Di perjalanan kami hujan-hujanan tak perduli baju basah atau kotor, yang penting kami pulang dengan selamat. Sungai-sungai kecil yang awalnya kami lewati setinggi mata kaki setelah hujan airnya tinggi tak bisa kami lewati, kami down melihat kejadian itu, batuan besar hanyut di bawa arus air, kami terdiam melihatnya dan diiringi air hujan yang menetes semakin lebat, Guide kami mencari jalan keluar, akhirnya ada jalan lain, ya kami harus lewat bukit. Di atas bukit, salah seorang anggota kelompok kami kakinya ada yang keram, kami cemas dan berusaha menolongnya, bukit yang kita lalui banyak "pancang" jadi jalan harus liat-liat dan mesti hati-hati. Berhasil melewati itu, kami merasa lega. Tak lama kemudian kami menemui sungai lagi, yamg lebih besar daripada tadi, dan airnya juga sangat deras, para Guide lain datang menghampiri kita dengan membawa tali, kami heran dan salah seorang berkata: "melewati sungai deras ini dengan tali ? oh tuhan apakah ini serius ? jangan gara-gara hanya menggunakan tali kami menjadi sia-sia" Guide menyuruh kita untuk turun dan antre, satu per satu dari kami melewati sungai menggunakan tali, ada yang hampir hanyut, ada juga tasnya yang hampir hanyut, dan syukurlah kami semua selamat melewati sungai ini, pertama kalinya nyebrang sungai deras menggunakan tali "terimakasih ya Allah engkau masih melindungi kami"

Berhasil melewati sungai itu, kami melanjutkan perjalanan, saat hujan semakin lebat kami memutuskan untuk singgah ke pondok, disana ada orang jualan gorengan. Kata ibuk penjual itu "Air di sungai besar, udah 3 orang hanyut, untunglah ada Guide jadi mereka selamat" jadi kami langsung down saat mendengar ibuk itu, cemas sama orang tua masing-masing di rumah, hari udah semakin sore, dan kami masih terkurung di hutan ini. Salah seorang di antara kami ada yang menangis, dan suasana makin mencengkam. Kami masih menunggu Guide lain turun, kira-kira 2 setengah jam lamanya kami menunggu hujan reda, tetapi hujan masih saja deras, sulit untuk berhenti, kami melihat kelompok lain ada yang melanjutkan perjalanannya, dan kami bersama Guide kami juga mengikuti kelompok itu. Sungai itu berhasil kami lewati dengan di bantu Guide lain, yeah perjalanan di lanjutkan, jalan semakin licin, sebelah kiri jurang sebelah kanan bukit yang tinggi. Kelompok yang di depan memberhentikan pasukannya, ternyata ada tanah longsor.

Badan mulai melemah, waktu terus berjalan, matahari tetap bersembunyi, hujan turun semakin deras, udara terasa sangat dingin. Kami berdiam diri, tidak ada yang semangat lagi. Guide kita berusaha mencari-cari tau informasi, dan akhirnya kami melewati longsor itu, longsor itu kami lewati dengan pasrah, lumpur setinggi lutut, tak perduli ada lintah atau hewan lainnya, yang penting kita cepat pulang. Longsor itu berhasil kami lewati dengan lancar, meskipun kami jatuh-jatuh, berlumuran lumpur.

Kami jalan cepat-cepat di tengah hujan, air tergenang kami tempuh. Akhirnya posko dari kejauhan sudah hampir kelihatan, dan suara-suara orang disana sudah mulai terdengar, karna itu kami semakin bersemangat untuk berjalan ke posko. 
Alhamdulillah sampai juga di posko, yaitu: sekitar waktu magrib, kita sangat senang karna sudah sampai dengan selamat, dan melewati rintangan yang tak sangka kita berhasil lewatinya. "Allah selalu bersama kita"
Kami semua "SUJUD SYUKUR"


 Saat cahaya sudah mulai di tutupi pepohonan

 
Juga melewati sungai-sungai kecil


 Setelah istirahat sejenak, perjalanan di lanjutkan


Diperjalanan kita melewati ini, airnya berwarna hijau kelihatan dalam, disini ikannya banyak
(Lubuak Batu Pacah)

Kita juga melewati jembatan yang terbuat dari bambu

Ini salah satu jalan yang kita lewati, batunya terlihat menarik


Disekitar sini terlihat pohon banyak yang tumbang, mungkin karena longsor
 

Disekitar ini tempat warga menanam


yang lorong batu di bawah itu dinamakan "Batu Gantung" karena batu besar
 tergantung di atas batu kecil di bawahnya

Saat beristirahat, mau menyebrangi sungai


Melewati penyebrangan


Diatasnya tempat kami mengambil sumber air


Akar yang melengkung


Saat melewati penyebrangan, dengan pohon (kayu) besar


Inilah kami tepat di depan "Air Terjun Nyarai"

Air Terjun Nyarai


Di depan Air Terjun Nyarai (penulis)


Di atas bukit yang dipenenuhi dengan "pancang" saat hujan lebat


 Di tengah hujan, disempatin untuk gini


Saat udah pasrah, gimana caranya pulang, dan salah seorang
 dari kami ada yang nangis

Air yang mengalir dari bukit

Lagi buat jalan dari kayu, akhirnya ada Guide lain bawa tali
nyebrang sungai pakai tali

Saat lagi di pondok orang jualan gorengan


Coretan terakhir. . .

(Anugrah, Afdal, Fadil, Yafie, Pinto, Ichsan, Atul, Vira, Roza, Ridha, Dilla, dan Nining)
"Susah Sanang Basamo"

0 komentar: